Donor Darah Sejuta Harapan, Tak Hanya Membantu Sesama Juga Bermanfaat untuk Pendonor

Rudi Irwanto

SatuNet.co,Depok – Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) berkolaborasi dengan Komunitas Perhimpunan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) Depok menyelenggarakan kegiatan Donor Darah dan Talkshow Bicara Sehat dengan tema “Give Blood, Give Hope: Together We Save Lives” yang berlangsung di Auditorium, Gedung Administrasi Lantai 4 RSUI, Depok. Kegiatan ini tak hanya menghadirkan aksi donor darah, tetapi juga talkshow edukatif seputar pentingnya donor darah, khususnya bagi penyintas talasemia.

Aksi donor darah merupakan sebuah bentuk kepedulian kita kepada sesama, terutama bagi pasien dengan kondisi kronis seperti penderita talasemia.
Menurut data POPTI tahun 2023, terdapat setidaknya 13.106 penderita talasemia mayor di Indonesia yang memerlukan transfusi darah rutin seumur hidup untuk mempertahankan kualitas hidup.
Di sisi lain menurut Palang Merah Indonesia (PMI), donor darah juga memberikan manfaat kesehatan bagi pendonor, seperti mendeteksi dini penyakit melalui skrining kesehatan dan merangsang pembentukan sel darah merah baru.

Kegiatan donor darah RSUI terbuka untuk umum ini dilaksanakan pada pukul 09.00–11.30 WIB. Di tengah kegiatan berlangsung, digelar pula sesi Talkshow Bicara Sehat Awam dengan tema “Donor Darah: Kecil bagi Kita, Besar Manfaatnya bagi Sesama”. Talkshow ini menghadirkan dua narasumber utama, yaitu dr. Tammy Nurhardini, Sp.PK, selaku Dokter Spesialis Patologi Klinik RSUI yang juga bertanggung jawab atas Bank Darah RSUI, serta Nurdin Mulyana, perwakilan dari Komunitas POPTI Depok dan juga seorang penderita talasemia mayor.

dr. Tammy Nurhardini, Sp.PK menyampaikan bahwa donor darah tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga berdampak positif terhadap kesehatan pendonor.

“Donor darah secara rutin dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, menjaga kadar zat besi dalam tubuh, dan merangsang regenerasi sel darah merah, yang umumnya memiliki usia hidup sekitar 120 hari,” ungkapnya.

Ditengah masyarakat seringkali mempercayai bahwasanya donor darah dapat menularkan penyakit. Pernyataan tersebut tidaklah benar, sebaliknya donor darah justru menjadi kesempatan untuk memantau kesehatan karena pendonor akan melewati pemeriksaan awal, termasuk pemeriksaan golongan darah, tekanan darah, kadar hemoglobin (Hb), serta skrining infeksi.

Proses donor darah dilakukan secara aman, tertutup, dan steril sesuai standar mutu. Satu kantong darah akan melalui proses pemisahan menjadi beberapa komponen, yakni PRC (Packed Red Cells) untuk menangani anemia berat, plasma yang mengandung protein penting untuk pembekuan darah dan sistem kekebalan tubuh, serta trombosit yang diperlukan untuk menghentikan pendarahan pada kondisi seperti demam berdarah.

Sementara itu, Nurdin Mulyana dari Komunitas POPTI Depok membagikan pengalaman pribadi sebagai penderita talasemia mayor. Talasemia mayor adalah kelainan genetik darah yang menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi hemoglobin secara normal. Penderita kondisi ini harus menerima transfusi darah secara rutin seumur hidup untuk mempertahankan fungsi vital tubuh.

Nurdin telah menjalani transfusi darah sejak usia 3 tahun dan didiagnosis menderita talasemia mayor pada usia 8 tahun. Hingga kini, ia melakukan transfusi empat kali setiap bulan, dengan frekuensi yang disesuaikan dengan kadar Hb dalam tubuh.

“Kami, para penerima darah, sangat bersyukur. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang sadar bahwa donor darah bukan hanya menyelamatkan hidup, tetapi juga menjaga kesehatan pendonor,” ujar Nurdin.

Sesi diskusi diwarnai dengan berbagai pertanyaan dari peserta maupun audiens daring melalui Instagram Live RSUI. Dalam kesempatan tersebut, seorang peserta mengajukan pertanyaan mengenai

alasan orang dengan kadar hemoglobin (Hb) tinggi tidak diperbolehkan mendonor. Hemoglobin adalah protein dalam sel darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika kadarnya terlalu tinggi, hal ini bisa menandakan darah terlalu kental atau adanya gangguan kesehatan lain. Kondisi ini berisiko bagi penerima karena dapat menyebabkan komplikasi seperti penggumpalan darah.

“Hb tinggi bisa mengindikasikan gangguan kualitas darah atau kondisi medis seperti darah kental. Donor darah harus mempertimbangkan bukan hanya kuantitas, namun juga kualitas produk darah. Jika Hb terlalu tinggi, darah tidak bisa ditransfusikan,” jawab dr. Tammy.

RSUI menegaskan komitmennya untuk menghadirkan program-program edukatif dan promotif sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk menjadikan donor darah sebagai bagian dari gaya hidup sehat, sekaligus memperkuat dukungan terhadap komunitas penderita talasemia di Indonesia.

Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan, edukasi kesehatan, serta program layanan lainnya dapat diakses melalui laman resmi RSUI di https://rs.ui.ac.id serta melalui media sosial resmi RSUI. Nantikan kegiatan Bicara Sehat berikutnya sebagai ruang sinergi antara pengetahuan dan kepedulian sosial bagi seluruh lapisan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *