SatuNet.co,Depok – Densus 88 Antiteror Polri bersama Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok berkolaborasi melawan radikalisme dan kekerasan di sekolah.
Kolaborasi lewat kegiatan penguatan kapasitas bagi 250 guru bimbingan konseling (BK) SD, SMP, dan SMA/SMK Negeri dan Swasta se-Kota Depok.
Penguatan kapasitas bagi 250 guru bimbing konseling (BK) dari jenjang SD, SMP, dan SMA/SMK baik Negeri dan Swasta se-Kota Depok yang dilaksanakan di Gedung Baleka lantai 10 komplek Balaikota Depok, Kamis (27/11/2025).
Hadir beberapa pembicara, di antaranya adalah psikolog dan akademisi. Psikolog Naomi Soetikno, narasumber kedua hadir dari Kementrian PPPA dan Densus 88 AT Polri.
Kepala Disdik Kota Depok Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Depok Siti Chaerijah Aurijah, mengatakan bahwa melalui penguatan kapasitas guru BK, maka akan memperkuat peran sekolah sebagai lingkungan aman dan bebas dari kekerasan maupun paparan paham radikal.
Hal ini dapat dicapai dengan memastikan seluruh warga sekolah berperan aktif menjaga lingkungan belajar dari pengaruh intoleransi, kekerasan, serta konten negatif digital yang berpotensi memicu radikalisme.
Ditempat yang sama Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88, menggarisbawahi soal bullying (perundungan anak). Menurutnya perundungan tidak boleh lagi dianggap sebagai masalah ringan.
“Bullying, trauma, dan kerentanan ekstremisme harus ditangani sejak dini,” katanya.
Guru BK pun memiliki peran krusial dalam mendeteksi kondisi psikologis anak. “Guru BK diharapkan mampu menjadi early detector (pendeteksi awal) terhadap kondisi psikologis siswa,” katanya.
“Sekolah perlu menjadi benteng nilai kebangsaan dengan memastikan seluruh warganya; guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik, berperan aktif menjaga lingkungan belajar dari pengaruh intoleransi, kekerasan, serta konten negatif digital,” kata Siti, saat membuka acara tersebut mewakili Walikota Depok.
KCD Dinas Pendidikan (Kadisdik) Wilayah 2, Jawa Barat Dr Ervin Aulia Rachman, mengatakan bahwa melalui penguatan kapasitas guru BK, maka akan memperkuat peran sekolah sebagai lingkungan aman dan bebas dari kekerasan maupun paparan paham radikal.
Sekolah perlu menjadi benteng nilai kebangsaan dengan memastikan seluruh warganya; guru, tenaga kependidikan, dan peserta didik, berperan aktif menjaga lingkungan belajar dari pengaruh intoleransi, kekerasan, serta konten negatif digital,” tuturnya.
Ervin menekankan, pentingnya memperhatikan dua dunia anak-anak saat ini, yaitu fisik dan virtual. Menurutnya, dunia virtual menyimpan ancaman yang lebih sulit dilihat oleh orang tua maupun guru.tutupnya.











